1. Mendeskripsikan
apa saja hal-hal yang berhubungan dengan “Organic Farming” ditinjau dari
prespektif ekologi, agronomi, ekonomi, dan sosial.
Dilihat
dari kata yang berkaitan yaitu, “Organic Farming” atau “Pertanian Organik”,
dapat diartikan secara singkat yaitu sebuah cara ataupun teknologi pada bidang
pertanian dengan menggunakan bahan-bahan organik. Penggunaan bahan organik
disini berhubungan dengan dua poin, yaitu organik di proses (pada proses
bagaimana sebuah produk berbahan baku organik, dari bibit atau benih, sumber pengairan,
dan lainnya) dan organik di produk (bagaimana kandungan sebuah produk tidak
melebihi ambang batas residu yang sudah dipatenkan atau ditentukan).
Pertanian
organik menjurus pada bagaimana tujuan pertanian yang berkelanjutan. Sebagaimana
telah diketahui bahwa pertanian berkelanjutan merupakan sebuah usaha
keberlanjutan atau orientasi dalam jangka waktu yang panjang (misal 10 tahun
kedepan) dengan kondisi dan pendapatan yang sama. Ada 3 tujuan pada pertanian
berkelanjutan, yaitu: (1) Mencari cara agar sumber daya lokal supaya dapat
efektif dan efisien sehingga mendukung sistem pertanian (2) Eksternal input
baru digunakan apabila lingkungan atau internal input tidak cukup mampu
memenuhi kebutuhan yang diperlukan dan (3) Mendapatkan kepastian dan stabilitas
hasil.
Ada
empat prespektif mengenai bagaimana pertanian organik berjalan, diantaranya:
a. Ekologi,
bagaimana sebuah sistem pertanian mampu memepertahankan kondisi ekologi, bahkan
meningkat (sumber daya lingkungan). Telah diketahui bahwa sistem pertanian
organik muncul setelah LEISA (Low Eksternal Input Suistainable Agriculture).
Ada sebuah perputaran atau daur yang menyebabkan bagaimana pertanian organik
perlu dilakukan. Pertama, pada zaman dulu saat dimana eksternal input tidak
digunakan (nol eksternal input) karena memang belum ada teknologi yang dapat
dipakai. Karena dirasa belum dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian,
lalu ada LEIA (Low Eksternal Input Agriculture), sistem ini dijalankan karena
mulai muncul teknologi dalam bagaimana bercocok tanam yang menghasilkan produk
cukup memenuhi kualitas maupun kuantitas. Penggunakan bahan-bahan organik mulai
berkurang intensitas pemakaiannya. Kemudian masyarakat mulai kecanduan dan
merasa menggunakan eksternal input yang tinggi dapat menghasilkan hasil yang
baik, sistem HEIA (High Eksternal Input Agriculture) pun tidak dapat dielakan.
Namun, ada kendala dalam sistem HEIA yaitu lingkungan tidak terkendali
kerusakan terhadap lingkunangan atau media tanam, ada ketidakseimbangan antara
bagaimana manusia memperlakukan lingkungan. Setelah itu ada perubahan paradigma
saat sistem HEIA banyak menimbulkan masalah seperti sebelumnya digambarkan,
bagaimana orientasinya berubah menjadi lebih berdaya guna dan tidak bersifat
merusak itulah LEISA (Low Eksternal Input Sustainable Agriculture). Walaupun
ada perubahan orientasi menjadi lebih baik dan berkelanjutan, masih ada yang
tidak sesuai dengan lingkungan dan manusia terhadap keseimbangannya. Lingkungan
yang terlanjur tercemar akibat eksternal input membuat manusia sebagai konsumen
utama hasil pertanian menjadi calon korban hasil produk pertanian. Hal itu
membuat orientasi mengupayakan bagaimana sistem pertanian organik harus
dilakukan, akibat penggunanaan bahan anorganik (bahan kimia). Kembali ke awal
pada saat pada zaman dahulu dengan nol eksternal input, dulu karena memang
teknologi belum berkembang, untuk sekarang dilakukan karena kondisi lingkungan
yang mulai terganggu.
b. Agronomi,
teknis budidaya yang dilakukan pada sistem pertanian organik memang cukup
membuat otak harus terus berputar mencari cara bagaimana suatu hasil produk
pertanian 100% organik. Pertanian organik mensyaratkan sumber perairan pada
saat pengairan lahan langsung dari sumber mata air, tidak melalui parit,
selokan, bendungan, tadah air ataupun lainnya. Ada banyak kasus bahwa sistem
pengairan yang tidak langsung dari mata air, produk pertanian tidaklah 100%
organik, banyak kandungan air dari sumber-sumber lain yang sudah terkontaminasi
oleh bahan-bahan kimia. Itulah yang menjadi kendala bagaimana sistem pertanian
organik berjalan.
c. Ekonomi,
sistem pertanian organik memiliki keseimbangan antara prospek pendapatan dan
keberpengaruhan terhadap lingkungan yang baik. Manusia yang membudidayakan atau
memperbanyak dan mengupayakan sistem pertanian organik , juga salah satu
tindakan penyelamatan lingkungan yang memang mulai merapuh, selain itu
keselamatan manusia terhadap bahan kimia pun mulai meningkat. Secara harga,
produk pertanian organik yang beredar diluar memang tercatat lebih mahal dari
produk pertanian pada umumnya, itu yang membuat banyak orang berfikir ulang
membeli atau tidaknya. Untuk jaminan produk pertanian 100% organik atau
tidaknya, kejelian juga harus dilakukan, karena memang ada produk pertanian
yang dijual tetapi tidak memenuhi standar media tanam (lahan) yang sudah
ditentukan.
d. Sosial,
keterkaitan antar manusia seperti produsen dan konsumen mengenai perkembangan
produk pertanian haruslah diperhatikan. Memang sudah mulai banyak masyarakat
umum mengkonsumsi produk hasil sistem pertanian organik, tetapi pada kenyataan
yang lebih luas lebih banyak yang menemui kendala. Masyarakat masih banyak yang
tidak tahu menau dimana tempat membeli produk pertanian organik, karena memang
tidak semua supermarket menyediakan produk tersebut. Kendala yang ditemui oleh
produsen yaitu terkait mengenai dimana harus memasok produk yang akan
diperjualbelikan, para produsen penghasil harus mencari banyak informasi
mengenai tempat-tempat produk pertanian organik dijual.
2. Apakah
pertanian organik dapat mencukupi kebutuhan pangan? Menurut saya belum bisa. Pertumbuhan
penduduk yang makin kesini makin membeludak membuat pasokan kebutuhan pangan
harus tetap bisa terpenuhi. Hasil pertanian seperti beras sebagai makanan pokok
masyarakat Indonesia harus diseimbangkan dengan pertumbuhan manusia yang ada. Dengan
sistem yang sekarang jika harus harus diubah 360̊ menjadi pertanian organik
sangatlah berat, kendala seperti modal, benih, perairan, dan lainnya yang serba
original dan organik menjadi kendala bagaimana sistem pertanian organik
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Untuk menekan impor beras dari
negara lain dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas beras hasil sendiri saja
pada kenyataannya belum dapat terselesaikan. Memang generasi muda saat ini
harus lebih belajar sepanjang hayat dalam mengupayakan sistem pertanian organik
berlangsung.
3. Apakah
pertanian organik terbebas dari residu? Dengan menggunakan pupuk organik,
pestisida organik, sumber pengairan pada mata air langsung, benih bukan
persilangan yaitu original, merupakan bentuk upaya meminimalkan hingga
menghilangkan zat-zat kimia seperti pada produk pertanian pada umumnya. Untuk
yang sudah sesuai dengan persyaratan pertanian organik, tidak akan terdapat
residu pada produknya, tetapi jika ada kesalahan sdikitpun terkait persyaratan,
residu tetap akan ada walaupun kadarnya tidak seperti pertanian biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar