Tugas
Mata Kuliah Kewirausahaan
Kelompok
2 (dua)
- Rosdiana Rachma Ginanjarsari
(20110210015)
- Fibrilianna Putri (20110210031)
- Novanda Agung K
(20110210001)
- Yusuf Darmawan (20110210039)
» Ketua
- Marzuki Masrian (20110210061)
- Agus Suprianto (20110210011)
Berbicara mengenai wirausaha, istilah kewirausahaan atau enterpreneurship sendiri berasal dari
Perancis yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “perantara”. Melihat
beberapa abad kebelakang tepatnya pada pertengahan, istilah ini digunakan untuk
menjelaskan orang-orang yang menangani proyek produksi berskala besar. Sedangkan
dalam arti luas, kewirausahaan diartikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang
berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul
resiko finansial, psikologi, dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas
jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Sedangkan
wirausaha sendiri yaitu seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya
sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung
kesejahteraan masyarakat, menghasilkan imbalan finansial yang nyata. Wirausaha
di berbagai industri membantu perekonomian dengan menyediakan pekerjaan dan
memproduksi barang maupun jasa bagi konsumen dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam
berwirausaha, adapun beberapa pandangan atau paradigma dari berbagai segi
secara Islam. Diantaranya dalam pandangan akhlak, aqidah, ibadah, muamalah, dan
pendidikan.
Pada
pembahasan ini, akan menguraikan beberapa penjelasan mengenai wirausaha dalam
pandangan akhlak. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan moral,
etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan.
Kegiatan berwirausaha
tidak akan lepas dengan akhlak dari pelaku usaha itu sendiri. Akhlak yang dimiliki
oleh seorang pelaku usaha akan sangat berpengaruh dengan hasil produksi dan
bagaimana perjalanan dalam berwirausaha dari awal hingga masa yang akan datang,
dan yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh si pelaku usaha tersebut. Akhlak
yang harus dimiliki oleh seorang pelaku usaha harus memenuhi syarat sebagaimana
manusia diberi gelar sebagai khalifah dibumi atau seorang pemimpin. Adapun
beberapa aspek akhlak secara umum dalam berwirausaha, diantaranya:
- Fokus
yang terkendali. Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir fokus, tidak
memikirkan hal-hal lain yang tidak penting sesuai rencana yang telah
dirancang. Adanya pengendalian diri
oleh seseorang misal pada pelaku usaha membuat proses dalam
berwirausaha berjalan sesuai keinginan yang telah terpolakan sebelumnya.
Bias terhadap hal-hal yang tidak semestinya dapat terkalahkan oleh seorang
pelaku usaha yang fokus dan terkendali,
- Berenergi
yang tinggi. Orang yang melakukan suatu pekerjaan sangat dianjurkan untuk
terus mempunyai energi yang tinggi, mempunyai semangat terhadap
mengerjakan sesuatu yang tinggi. Hal tersebut dianjurkan karena untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, seorang pekerja tidak boleh
santai-santai berleha-leha menunggu hasil tanpa melakukan sesuatu. Karena
usaha yang dikerjakan akan berbanding lurus dengan hasil yang akan
didapat.
- kebutuhan
akan prestasi,
- bertoleransi
terhadap keraguan,
- percaya
diri dan
- berorientasi
terhadap tindakan.
Tokoh seperti Gooffrey
G. Meredith (1996; 5-6) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti
berikut:
No
|
Ciri-ciri
|
No
|
Watak
|
1
|
Pecaya diri.
|
1
|
Keyakinan, kemandirian,
individualitas, optimisme.
|
2
|
Berorientasikan tugas dan hasil.
|
2
|
Kebutuhan akan prestasi berorientasi
pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka
bekerja keras energik dan memiliki inisiatif.
|
3
|
Pengambil resiko.
|
3
|
Memiliki kemampuan mengambil resiko
dan suka pada tantangan.
|
4
|
Kepemimpinan.
|
4
|
Bertingkah laku sebagai pemimpin,
dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
|
5
|
Keorisinilan.
|
5
|
Memiliki inovasi dan kreativitas
tinggi, fleksibel, serba bisa, dan memilki jaringan bisnis yang luas.
|
6
|
Berorientasikan ke masa depan.
|
6
|
Presepsi dan memilkiki cara pandang
atau cara pikir yang berorientasi pada masa depan.
|
7
|
Jujur dan tekun.
|
7
|
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu
sama dengan kerja.
|
Beberapa aspek lainnya
yang berpengaruh terhadap kegiatan wirausaha terutama dalam pandangan Islam
seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu:
- sidiq
(benar),
- fatonah
(cerdas),
- amanah
(dapat dipercaya) dan
- tabligh
(menyampaikan).
Dalam konsep kerja
dalam Islam, kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang
dilakukannya. Amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Alloh SWT
adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Selain memperoleh
keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan
jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat nanti.
Meneladani
etos kerja Rasululloh SAW, beliau menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan
dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau
bekerja untuk meraih keridaan Alloh SWT. Adapun rahasia bagaimana kesuksesan
dan pekerjaan Rasululloh, akhlak yang dimiliki oleh beliau memberi cerminan
yang patut diteladani oleh kita semua.
Pertama,
Rasul bekerja dengan cara yang terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan.
Beliau bersabda, “Sesungguhnya Alloh menginginkan jika salah seorang darimu
bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya.”
Kedua,
dalam bekerja Rasul melakukannya dengan menejemen atau pengaturan yang baik,
perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
Ketiga,
Rasululloh tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. Beliau
bersabda, “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu
memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya.”
Keempat,
dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang
visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
Kelima,
rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja keras secara tuntas
dan berkualitas.
Keenam,
Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid
yang percaya pada cita-cita bersama.
Ketujuh,
Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedikitpun
waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir,
Rasululloh SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Alloh SWT. Inilah kunci terpenting.
Beberapa
ayat Al-Qur’an yang menyinggung antara kerja seperti wirausaha dengan akhlak
yang dicerminkan dengan akhlak pelaku wirausaha itu sendiri:
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Alloh. Sesungguhnya Alloh tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri. Dan apabila Alloh
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.
Ar-Ra’d [13]; 11)
Kebangkitan
dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri.
Mereka disini adalah kita manusia sebagai pelaku usaha yang bekerja untuk satu
tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar