Minggu, 22 April 2012

Wirausaha dalam Pandangan Akhlak


Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Kelompok 2 (dua)
  1. Rosdiana Rachma Ginanjarsari (20110210015)
  2. Fibrilianna Putri (20110210031)
  3. Novanda Agung K (20110210001)
  4. Yusuf Darmawan (20110210039) » Ketua
  5. Marzuki Masrian (20110210061)
  6. Agus Suprianto (20110210011)


Wirausaha dalam Pandangan Akhlak

Berbicara mengenai  wirausaha, istilah kewirausahaan atau enterpreneurship sendiri berasal dari Perancis yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “perantara”. Melihat beberapa abad kebelakang tepatnya pada pertengahan, istilah ini digunakan untuk menjelaskan orang-orang yang menangani proyek produksi berskala besar. Sedangkan dalam arti luas, kewirausahaan diartikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi, dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
            Sedangkan wirausaha sendiri yaitu seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan imbalan finansial yang nyata. Wirausaha di berbagai industri membantu perekonomian dengan menyediakan pekerjaan dan memproduksi barang maupun jasa bagi konsumen dalam negeri maupun luar negeri.
            Dalam berwirausaha, adapun beberapa pandangan atau paradigma dari berbagai segi secara Islam. Diantaranya dalam pandangan akhlak, aqidah, ibadah, muamalah, dan pendidikan.
            Pada pembahasan ini, akan menguraikan beberapa penjelasan mengenai wirausaha dalam pandangan akhlak. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan.
Kegiatan berwirausaha tidak akan lepas dengan akhlak dari pelaku usaha itu sendiri. Akhlak yang dimiliki oleh seorang pelaku usaha akan sangat berpengaruh dengan hasil produksi dan bagaimana perjalanan dalam berwirausaha dari awal hingga masa yang akan datang, dan yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh si pelaku usaha tersebut. Akhlak yang harus dimiliki oleh seorang pelaku usaha harus memenuhi syarat sebagaimana manusia diberi gelar sebagai khalifah dibumi atau seorang pemimpin. Adapun beberapa aspek akhlak secara umum dalam berwirausaha, diantaranya:
  1. Fokus yang terkendali. Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir fokus, tidak memikirkan hal-hal lain yang tidak penting sesuai rencana yang telah dirancang. Adanya pengendalian diri  oleh seseorang misal pada pelaku usaha membuat proses dalam berwirausaha berjalan sesuai keinginan yang telah terpolakan sebelumnya. Bias terhadap hal-hal yang tidak semestinya dapat terkalahkan oleh seorang pelaku usaha yang fokus dan terkendali,
  2. Berenergi yang tinggi. Orang yang melakukan suatu pekerjaan sangat dianjurkan untuk terus mempunyai energi yang tinggi, mempunyai semangat terhadap mengerjakan sesuatu yang tinggi. Hal tersebut dianjurkan karena untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, seorang pekerja tidak boleh santai-santai berleha-leha menunggu hasil tanpa melakukan sesuatu. Karena usaha yang dikerjakan akan berbanding lurus dengan hasil yang akan didapat.
  3. kebutuhan akan prestasi,
  4. bertoleransi terhadap keraguan,
  5. percaya diri dan
  6. berorientasi terhadap tindakan.
Tokoh seperti Gooffrey G. Meredith (1996; 5-6) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut:
No
Ciri-ciri
No
Watak
1
Pecaya diri.
1
Keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
2
Berorientasikan tugas dan hasil.
2
Kebutuhan akan prestasi berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras energik dan memiliki inisiatif.
3
Pengambil resiko.
3
Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan.
4
Kepemimpinan.
4
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5
Keorisinilan.
5
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa, dan memilki jaringan bisnis yang luas.
6
Berorientasikan ke masa depan.
6
Presepsi dan memilkiki cara pandang atau cara pikir yang berorientasi pada masa depan.
7
Jujur dan tekun.
7
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.
Beberapa aspek lainnya yang berpengaruh terhadap kegiatan wirausaha terutama dalam pandangan Islam seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu:
  1. sidiq (benar),
  2. fatonah (cerdas),
  3. amanah (dapat dipercaya) dan
  4. tabligh (menyampaikan).
Dalam konsep kerja dalam Islam, kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Alloh SWT adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat nanti.
            Meneladani etos kerja Rasululloh SAW, beliau menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan Alloh SWT. Adapun rahasia bagaimana kesuksesan dan pekerjaan Rasululloh, akhlak yang dimiliki oleh beliau memberi cerminan yang patut diteladani oleh kita semua.
            Pertama, Rasul bekerja dengan cara yang terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Alloh menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya.”
            Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan menejemen atau pengaturan yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
            Ketiga, Rasululloh tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya.”
            Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
            Kelima, rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja keras secara tuntas dan berkualitas.
            Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.
            Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedikitpun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasululloh SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Alloh SWT. Inilah kunci terpenting.
            Beberapa ayat Al-Qur’an yang menyinggung antara kerja seperti wirausaha dengan akhlak yang dicerminkan dengan akhlak pelaku wirausaha itu sendiri:
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Alloh. Sesungguhnya Alloh tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri. Dan apabila Alloh menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d [13]; 11)
            Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Mereka disini adalah kita manusia sebagai pelaku usaha yang bekerja untuk satu tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar